Rabu, 05 Januari 2011

Dari Masjidil Haram hingga Universitas Harvard


SUATU pagi, Michael Walker, Chief Executive Officer Multitone Electronics, perusahaan elektronik terkemuka di Inggris, terkejut bukan main. Ia merasa seolah tersambar petir tatkala seorang stafnya mengabarkan bahwa Baud Telecommunications Ltd, distributor Multitone di Arab Saudi, ternyata milik kelompok usaha keluarga Bin Laden.
''Kamu bercanda?'' tanya Michael Walker tak yakin. Setelah diyakinkan, Walker tampak menyesal. ''Oh, bloody! Saya benar-benar tak tahu. Saya pikir, itu sekadar Baud Telecom,'' katanya kepada televisi MSNBC. Tak berapa lama, Multitone yang bermarkas di Basingstoke, Inggris, menunda seluruh bisnis dengan Baud, hingga perusahaan itu terbukti tak berhubungan dengan teroris.
''Bisa jadi ada ratusan orang baik di puak Bin Laden. Tapi saya pikir, semuanya mesti diselidiki dulu,'' kata Michael Walker, yang mengaku bisnisnya dengan Baud tak besar. Setelah insiden pesawat Boeing yang dibajak menghantam World Trade Center (WTC) New York, dan Pentagon, 11 September lalu, kekagetan ala Michael Walker memang terus bermunculan di kalangan pebisnis Eropa dan Amerika.
Kebencian membuta pada Osama bin Laden --tokoh yang dituding Pemerintah Amerika Serikat berada di balik serangan 11 September itu-- seolah selalu terbentur fakta bahwa nyaris tak ada bisnis besar di Timur Tengah yang luput dari sentuhan tangan Bin Laden. Maka, selain Osama, sebenarnya ada lusinan anggota puak Bin Laden lain yang layak diperhatikan.
Pengaruh besar puak Bin Laden dalam dunia bisnis bukan isapan jempol. Dinasti Bin Laden, atau Binladin sebagaimana mereka lebih suka menyebut diri, bisa dibilang adalah keluarga terkaya nomor dua --setelah keluarga kerajaan-- di Arab Saudi. Malah, menurut ABCNews, klan Bin Laden adalah keluarga paling berpengaruh dalam bisnis perbankan Arab Saudi.
''Mereka ini seperti keluarga Forbes bagi Amerika,'' kata Jonathan Winer, konsultan ABCNews. Bayangkan saja: setiap seseorang membeli minuman ringan Snapple, atau kendaraan VolksWagen dan Audi di seluruh kawasan Timur Tengah, pasti mereka membelinya lewat perusahaan-perusahaan Bin Laden yang punya hak eksklusif atas merek itu.
Hibah Bin Laden di Harvard
MENURUT ABCNews, kerajaan bisnis Bin Laden ada di 30 lebih negara, mempekerjakan tak kurang dari 32.000 orang, serta memiliki keuntungan per tahun di atas US$ 5 milyar. Seluruh harta kekayaan klan Bin Laden ini diinvestasikan hampir dalam segala bidang. Dari sektor konstruksi, manufaktur, jasa keuangan, asuransi, hingga riset biologis.
Menurut koran Inggris, The Guardian, Saudi Binladin Group --payung kelompok usaha Bin Laden yang bermarkas di Jeddah, Arab Saudi-- punya bisnis milyaran dolar dengan perusahaan ternama Amerika Serikat, Inggris, dan hampir seluruh negara Eropa. Nama-nama Unilever, Cadbury Schweppes, Motorola, Quaker, Nortel, dan Citigroup cuma sedikit di antaranya.
Toh, nama Bin Laden tak cuma menyulitkan kalangan bisnis d Eropa dan Amerika. Lihat saja pengalaman Dale F. Eickelman, profesor antropologi Dartmouth College, New Hampshire, Amerika Serikat. Beberapa bulan lalu, Eickelman menerima beasiswa dari Universitas Oxford, Inggris. Ia diundang melakukan studi lanjut mengenai kepemimpinan politik kaum sempalan di dunia Islam.
Tapi, sejak peristiwa 11 September, beasiswa yang diterima Eickelman seolah menjadi label buruk baginya. Alasannya sederhana, beasiswa itu berasal dari sumbangan untuk mengenang Muhammad bin Awad bin Laden, ayah Osama. Dale F. Eickelman adalah Bin Laden visiting fellow di Oxford Center for Islamic Studies.
Walau kerap memperoleh prasangka miring, Eickelman ternyata tak ingin mengembalikan beasiswanya. ''Sebab, saya pernah hidup 30 tahun di Timur Tengah,'' katanya. Menurut Eickelman, masyarakat Timur Tengah memang bergaul sebagai keluarga besar. ''Tapi, saya tahu, sebuah keluarga besar tak selalu kompak,'' katanya, sebagaimana dikutip New York Times.
Dana beasiswa keluarga Bin Laden ini ternyata tak cuma mampir di Oxford. Di Amerika Serikat, setidaknya dua universitas: Harvard dan Universitas Tufts, punya beasiswa yang berasal dari hibah keluarga Bin Laden. Hibah untuk Universitas Harvard bermula pada 1994, tatkala salah satu saudara Osama, Sheikh Bakar Mohammad bin Laden, menyumbang dana.
Presiden Universitas dan Tokoh Mafia
OLEH Fakultas Hukum Universitas Harvard, dana sumbangan Bakar Mohammad bin Laden itu digunakan sebagai dana beasiswa bagi akademisi tamu yang diundang untuk melakukan riset pada bidang hukum Islam. Selain menyumbang untuk fakultas hukum, Sheikh Bakar Mohammad juga menyumbangkan dana untuk beberapa penghargaan beasiswa di Fakultas Desain Harvard.
Kepada pers, Michael Armini, juru bicara Fakultas Hukum Harvard, menolak membocorkan besarnya dana yang diberikan Bakar Mohammad bin Laden. Tapi, lazimnya, untuk menabalkan nama --seperti nama Bin Laden-- pada sebuah program beasiswa riset, sebuah organisasi atau individu paling tidak harus memberikan dana US$ 1 juta.
Pascaserangan 11 September, keberadaan program beasiswa yang menyandang nama Bin Laden ini langsung disoal publik. Sumbangan klan Bin Laden pada Universitas Harvard, misalnya, dikecam keras oleh Dewan Kota. Dewan menilai sumbangan itu sebagai aib, dan meminta Universitas Harvard menolak sumbangan itu, atau menyerahkan saja dananya untuk keperluan amal.
Para petinggi Harvard tentu tak berdiam diri. Lewat Michael Armini, mereka segera mengumumkan bahwa beasiswa-beasiswa Harvard yang menyandang nama Bin Laden tak punya hubungan langsung dengan sosok Osama bin Laden. ''Beasiswa-beasiswa ini mustahil bisa dikaitkan dengan Osama bin Laden yang telah diasingkan keluarganya,'' kata Armini.
Pandangan serupa juga dikemukakan Stephen Walt, profesor ilmu politik internasional di John F. Kennedy School of Government, Harvard. Menurut Walt, hubungan antara Bakar Mohammad bin Laden dan Osama bin Laden bisa dibandingkan dengan hubungan antara Presiden Universitas Massachusetts, William Bulger, dengan saudara laki-lakinya, James ''Whitey'' Bulger.
James Bulger adalah tokoh mafia kelas atas yang kini masuk dalam daftar 10 buronan paling dicari oleh Biro Penyelidik Federal Amerika (FBI). ''Osama bin Laden jelas harus bertanggung jawab atas perbuatannya, tapi sebagaimana William Bulger, saudara laki-lakinya jelas tak bisa diminta ikut bertanggung jawab,'' kata Stephen Walt.

Memborong Perusahaan Berbasis Militer
BESAR dan luasnya lingkup usaha klan Bin Laden memang kerap menciptakan pemandangan yang unik jika dihubungkan dengan kebencian Barat terhadap Osama bin Laden. Misalnya, keberadaan sebuah billboard besar di luar Pangkalan Udara Pangeran Sultan beberapa tahun lalu, tatkala Arab Saudi berjaga-jaga untuk Perang Teluk.
Billboard di luar pangkalan yang menjadi markas ribuan tentara Amerika itu bertuliskan: ''Pengamanan ditingkatkan oleh Binladin Group''. Padahal, ketika itu, Osama bin Laden telah menjadi figur yang dicari-cari pihak Arab Saudi dan Amerika, karena mengumandangkan jihad untuk mengusir kehadiran prajurit Amerika di tanah suci umat Islam.
Bagi klan Bin Laden, hubungan dengan Amerika juga tak melulu berkait dengan urusan uang. Beberapa keluarga Osama bin Laden melanjutkan studi dan hidup bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat Amerika. Abdullah bin Laden, salah satu saudara laki-laki Osama, misalnya, telah beberapa tahun belakangan ini menjalankan praktek pengacara di Boston.
Faisal bin Laden, salah satu keponakan Osama, tercatat tengah belajar di Universitas New Hampshire. Banyak anggota keluarga Bin Laden juga tinggal menyebar di pesisir timur Amerika untuk mengawasi bisnis Bin Laden di negara itu. Dari kota Florida di selatan, hingga Boston di utara, banyak berdiri kantor keluarga Bin Laden.
Di Boston, salah satu anggota keluarga Bin Laden, Mohammad M. bin Laden, memiliki enam kondominium supermewah di kompleks Flagship Wharp di wilayah Charlestown. Kondominium yang telah dibeli sejak 1990 itu nilainya antara US$ 296.000 dan US$ 877.000. Klan Bin Laden juga punya saham di Hybridon, perusahaan bioteknologi di Boston yang terkemuka karena riset kankernya.
Keluarga Bin Laden tampaknya juga punya keinginan menanamkan pengaruh politik di Amerika. Menurut Wall Street Journal, keluarga Bin Laden punya dana investasi sebanyak US$ 2 juta yang dijalankan Carlyle Group, sebuah kelompok penasihat keuangan yang punya spesialisasi memborong saham perusahaan persenjataan berbasis militer.
Presiden Bush Mengunjungi Keluarga Bin Laden CARLYLE Group dikenal memiliki koneksi politik kuat di kalangan elite politisi Amerika. Mantan Presiden George Bush, dan mantan Menteri Pertahanan James Baker, adalah dua tokoh yang menjadi konsultan di lembaga ini. Maka tentu bukan kebetulan jika dalam tiga tahun terakhir, dua mantan petinggi Amerika itu beberapa kali mengunjungi kediaman keluarga Binladin di Jeddah.
Tahun lalu, mantan Presiden Jimmy Carter juga sempat bertemu dengan 10 anggota keluarga Bin Laden, ketika keluarga ini menyumbang US$ 200.000 ke Carter Center di Atlanta, Georgia. Melihat kiprah keluarga Bin Laden ini, tudingan terhadap Osama sebagai dalang serangan ke WTC dan Pentagon jelas membuat citra klan Bin Laden terganggu.
Maka, tak mengherankan, sesaat setelah Pemerintah Amerika menuduh Osama bin Laden sebagai dalang serangan maut 11 September, keluarga besar Bin Laden langsung mengumumkan bahwa mereka sama sekali tak terlibat. ''Binladin Group tak termasuk dalam daftar hitam Pemerintah Amerika,'' kata Abdullah Awad Obood bin Laden, paman Osama, yang berperan sebagai kepala keluarga Bin Laden.
Dalam pernyataan yang diumumkan di Jeddah, tiga hari setelah serangan, keluarga Bin Laden juga mengutuk keras serangan ke WTC dan Pentagon itu. Abdullah Awad Obood malah sekali lagi menegaskan bahwa keluarga Bin Laden, serta perusahaan-perusahaannya, tak lagi punya hubungan dengan Osama yang telah dianggap ''anak hilang'' --alias paria dalam keluarga.
Osama bin Laden, satu dari 52 anak Mohammad bin Awad bin Laden, sejak awal memang berbeda dengan saudara-saudaranya. Konon, ia satu-satunya anak Mohammad bin Awad yang tak pernah studi ke luar negeri. Menurut International Herald Tribune, anak-anak Bin Laden lainnya melanjutkan studi ke Amerika, atau dikirim ke sekolah swasta elite di Inggris.
Ibu Osama juga satu-satunya istri Mohammad bin Awad bin Laden yang tak berasal dari Arab Saudi. Tapi, betapapun Osama berbeda dengan saudaranya yang lain, ia jelas mewarisi bakat kepemimpinan ayahnya. Terry Bennet, dokter asal New Hampshire yang pernah menjadi dokter pribadi keluarga Bin Laden pada 1970-an, menilai seluruh klan Bin Laden memang punya karisma luar biasa.

Berjalan Kaki 1.600 Kilometer
''SETIAP Bin Laden punya kemampuan membuat ruangan seolah sesak,'' kata Terry Bennet. Besar kemungkinan Bennet benar. Sebab, karisma dan kepribadian adalah salah satu modal terpenting bagi Mohammad bin Awad bin Laden untuk membangun dinasti Bin Laden. Ayah Osama bin Laden ini memang cuma seorang tukang batu buta huruf ketika meninggalkan Yaman pada 1925.
Perjalanan menuju Dataran Hijaz --yang kini dikenal sebagai Arab Saudi-- sejauh 1.600 kilometer dicapai hanya dengan berjalan kaki. Tapi, kerja keras --dan karisma-- menyebabkan ayah Osama ini pelan-pelan berhasil mendirikan firma konstruksi terbesar di seluruh Arab Saudi. Kemampuan mendekati keluarga kerajaan boleh jadi merupakan salah satu rahasia sukses Mohammad bin Awad.
Keuletannya berhasil memenangkan kepercayaan Raja Abdul Aziz ibn Saud, yang berkuasa dari 1932 hingga 1953. Raja Saudi inilah yang mempercayai Mohammad bin Awad bin Laden untuk merenovasi Kota Suci Mekkah. Berikutnya, proyek renovasi Masjidil Haram dan Masjid Nabi di Madinah juga dipercayakan pada Mohammad bin Awad.
Menurut versi Dokter Terry Bennet, Mohammad bin Awad meraih kepercayaan keluarga kerajaan setelah ia berhasil membangun jalan dari Jeddah ke tempat peristirahatan raja di Thaif, pada 1950-an. Jalan yang penuh tikungan tajam itu berhasil mempersingkat perjalanan raja. Sebelumnya, Thaif bisa dicapai setelah tiga hari mengendarai unta. Kini cuma tiga jam.
Mohammad bin Awad bin Laden meninggal akibat kecelakaan pesawat terbang pada 1967. Putra-putranya berhasil mengembangkan perusahaannya dan menjadikan Saudi Binladin Group sebagai perusahaan dengan kekayaan milyaran dolar Amerika. Di Arab Saudi, Binladin Group antara lain menggarap pembangunan jalan bebas hambatan di sekeliling kota Riyadh, dan perluasan Bandar Udara Raja Khaled.
Setelah sukses di kampung halaman sendiri, Saudi Binladin melangkah ke seluruh penjuru dunia. Bandara modern baru di Kuala Lumpur adalah salah satu hasil karya perusahaan keluarga Bin Laden ini. Pada saat ini, konglomerasi Saudi Binladin Group dijalankan bersama oleh 13 dari 51 saudara Osama bin Laden. Kedekatan dengan keluarga kerajaan juga masih bertahan.
FBI Mengungsikan Keluarga Bin Laden KONON, klan Bin Laden dipercaya membimbing para pangeran dari keluarga Ibnu Saud yang ingin merintis karier di bidang bisnis. Hubungan dekat inilah yang memperoleh cobaan besar pada saat Perang Teluk, ketika Osama bin Laden mengumumkan perlawanan terhadap Raja Fahd, yang mengizinkan tentara Amerika masuk ke Arab Saudi.
Karena kesal, Kerajaan Arab Saudi memutuskan mencabut kewarganegaraan Osama bin Laden, dan mengusirnya. Sejak itu juga, klan Bin Laden mengumumkan bahwa Osama adalah ''anak hilang'' dari keluarga itu. Tindakan ini berhasil mempertahankan kepercayaan keluarga kerajaan pada klan Bin Laden. Terbukti, Kerajaan Arab Saudi masih terus melindungi keluarga ini.
Sepekan setelah peristiwa 11 September, misalnya, sebuah pesawat Boeing 727 sewaan terbang dari Boston, mengungsikan sisa keluarga Bin Laden yang masih ada di Amerika. Kepergian mereka merupakan hasil kerja sama Kerajaan Arab Saudi dengan FBI. Kerajaan Saudi menganggap keluarga Bin Laden tak cukup aman tinggal di Amerika.
Tapi, meyakinkan keluarga Kerajaan Arab Saudi boleh jadi jauh lebih mudah daripada meyakinkan kalangan bisnis di Amerika dan Eropa. Apalagi, kemarahan Amerika pada segala hal berbau Bin Laden telah memuncak. ''Setiap perusahaan yang berbisnis dengan kelompok usaha Bin Laden adalah mereka yang tak setia pada Amerika,'' kata Larry Klayman, pemimpin Judicial Watch di Washington.
Tekanan demi tekanan ini membuat sebagian rekanan bisnis Saudi Binladin Group berpikir ulang untuk melanjutkan kerja sama bisnis. Cadbury Schweppes, yang memproduksi minuman ringan Snapple, misalnya, mengumumkan rencana untuk mengakhiri kerja sama dengan Binladin Group. Tapi, Cadbury menyebut penurunan penjualan sebagai alasan.
The Guardian menulis, rencana Binladin Group membeli sebuah anak perusahaan Pakistan Airlines yang memiliki Roosevelt Hotel di New York tampaknya juga harus dibatalkan. Tak hanya di Amerika dan Eropa nama menjadi penghalang bagi bisnis Binladin Group. Di Kazakstan, Binladin Group pernah kehilangan kesempatan memperoleh proyek membangun kota baru Astana.
Pesta Kawin di Kandahar WALAU pada awalnya Pemerintah Kazakstan percaya bahwa kelompok usaha Bin Laden tak punya hubungan dengan Osama, Presiden Nursultan Nazarbayev punya pikiran lain. Ia memutuskan menolak proposal Saudi Binladin Group, karena tak ingin ada kesan salah di kemudian hari. ''Sekadar punya nama Binladin saja memang sudah merupakan risiko,'' kata Jochem van de Laarschool, juru bicara Bank ABN Amro.
Melihat berbagai kesulitan baru yang harus dialami dalam melanjutkan bisnis, tentu wajar jika dalam tubuh keluarga Bin Laden, nama Osama tak terlalu disukai. ''Saat ini sebagian besar keluarga besar Bin Laden sangat kesal dan marah pada Osama,'' kata Adil Najam, asisten profesor pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Boston.
Tapi, Adil Najam juga yakin, Osama tak pernah benar-benar bisa dibuang dari keluarga besar Bin Laden. ''Ini klan yang sangat besar. Pasti ada saja yang masih berhubungan dengan Osama. Baik karena alasan ideologi maupun sekadar menyambung tali kekeluargaan,'' kata Najam. Laporan harian Okaz bisa jadi membenarkan analisis ini.
Menurut Okaz, ketika salah satu putra Osama bin Laden menikah di Kandahar, Afghanistan, Januari lalu, banyak anggota keluarga Bin Laden yang sengaja datang langsung dari Arab Saudi. Di tengah memuncaknya kebencian Barat pada segala yang berbau Bin Laden, bisakah klan ini terus mempertahankan reputasinya sebagai kekuatan ekonomi raksasa?
Boleh jadi, sikap profesional yang tinggi yang selama ini diperlihatkan Saudi Binladin Group-lah yang bisa menyelamatkan klan ini. ABN Amro, bank Belanda yang diwakili Jochem van de Laarschool, misalnya, mengaku tak hendak membatalkan kerja sama. Lewat Saudi Holland Bank, ABN Amro telah 40 tahun mendukung bisnis keluarga Binladin.
''Kami yakin, keluarga Bin Laden bersih dari keterkaitan dengan teroris,'' kata Jochem van de Laarschool, sebagaimana dikutip MSNBC. Kepercayaan Robert Bell, Vice President HC. Price, perusahaan pipa minyak di Dallas, juga tak terguncang oleh tudingan keterlibatan Osama bin Laden dalam serangan 11 September, dan meneruskan kerja sama bisnisnya. ''Keluarga ini sangat profesional, dan tak pernah buruk melihat Amerika. Saya rasa, tak mungkin mereka terkait dengan Osama,'' katanya.
[Krisnadi Yuliawan]

1 komentar:

  1. sukron, semoga musuh-musuh islam dibuat akan lebih tercengang lagi, tunggu tanggal mainnya

    BalasHapus